Happy Ending

Saturday, June 11, 2016

| | |


Seperti biasanya saat Ramadhan tiba, setelah selesai berbuka dan shalat magrib. Kaum muslimin berbondong – bondong melangkahkan kaki menuju mesjid terdekat untuk melaksanakan shalat taraweh. Tak jarang ada yang memilih untuk shalat di tempat yang lebih besar, seperti Mesjid Agung Atau Mesjid Raya. Kali ini Ramadhan sungguh berbeda dari Ramadhan – Ramadhan sebelumnya. Kali ini saya harus rela menghabiskan seluruh Bulan yang penuh berkah ini di Tanah Borneo. Namun, hal itu tak boleh menyurutkan semangat untuk beribadah. Selepas adzan magrib di tambah tadarussan ±15 menit, cepat – cepat ku tarik sajadahku dan melangkahkan kaki menuju mesjid. Kali ini kami memilih beribadah di dalam Mesjid, tak mau lagi di pelataran Mesjid. Angin malamnya ngeri, nusuk sampai ke jantung. Eh.

Ada satu pemandangan yang begitu menyita perhatianku. Seorang anak kecil yang berumur kira – kira 3 tahun. Anak laki – laki yang bergabung bersama barisan kaum wanita ketika hendak melakukan shalat taraweh. Saya rasa tak apalah orang dia juga masih anak kecil. Di tambah lagi anaknya lucu dan ganteng. Tetiba langsung baper, ya kalau udah nikah maunya punya anak kaya gitu(Hahaha, Sambil senyam senyum dalam hati). Tibalah waktu sholat taraweh, sang imam memimpin Shalatnya dengan sangat khusyuk. Namun, si anak tadi mulai melakukan aksinya. Menjejalkan kaki pada sajadah kami satu persatu. Mondar – mandir kemudian tertawa sendiri. Ia begitu bahagia bermain, walaupun hanya seorang diri. Ada perasaan geram ketika si anak mondar – mandir tak karuan di sajadahku. Namun, masih ku maklumi toh dia juga masih tak mengerti dengan apa yang di lakukan. Selepas mengucapkan salam dan berdoa ku palingkan wajahku segera mencari sosok anak itu, yang jaraknya tak begitu jauh dari tempatku. Namun, apa yang kudapati, ibu dari anak itu mulai menjejalkan tangannya pada telinga dan tangan anak itu. Hatiku teriris, tak tega melihat anak yang tak tahu apa – apa di perlakukan seperti itu. Tanpa ku sadari mataku tak berkedip memandangi kejadian itu. Hatiku semakin sakit ketika melihat mata anak itu mulai berkaca – kaca. Tak tega rasanya melihat anak seimut itu menitihkan air mata. Tanpa ibunya sadari, ternyata tindakannya itu membuat anaknya takut hingga si anak tak lagi mondar – mandir. Ia hanya berdiam diri di tempatnya. Ternyata hal itu membuat si anak patuh dengan orang tuanya. namun satu hal yang tak di sadari ibunya, ia membatasi ruang gerak si anak. Tak membebaskannya. Ah, itu urusan ibunyalah. Setidaknya saya sedikit belajar bagaimana si ibu mendidik anaknya. Tanpa di duga, pada saat rakaat terakhir dari shalat taraweh sebanyak delapan rakaat sang ibu memanggil si anak. Ia kemudian mendekat anak – anaknya erat – erat. Mataku pun tak melewatkan adegan itu. Adengan yang membuatku pikiranku terbang menyebrangi lautan hingga ke Pulau Sulawesi. Terbayang wajah ibu dan ayah yang hampir setahun tak bertatap muka dengan mereka. Ketahuilah sekasar apapun orang tua terhadap kita, itu mereka lakukan untuk kebaikan kita pula. Tak jarang kita salah mengartikannya. Saya belajar dari kisah ibu dan anak yang ada di mesjid. Sebenarnya ia tak tega bertindak kasar pada anaknya, namun jika hal itu tidak dia lakukan mungkn si anak akan terus berjalan mondar mandir dan membuyarkan konsentrasi orang yang beribadah. Ah, itu baru kemungkinan dan persepsi semata. Dan akhir dari segala ceritanya. Happy Ending. Si ibu dan anak saling bergandengan tangan ketika keluar melalui pintu utama Mesjid. ^_^…

2 comments:

Unknown said...

kenakalan anak-anak sebenarnya menjadi serba-serbi yang membuat mesjid terasa indah. tanpa mereka mesjid terasa hampa.
kemarahan ibu di atas adalah satu ekspresi cinta. terus berbagi pengalaman temang.

Unknown said...

Alangkah indahnya jika sebuah mesjid menyediakan taman bermain untuk anak-anak. Insha Allah temang, karena berbagi itu indah.

Post a Comment